Akhirnya saya sampai ke Jakarta untuk kali kedua. Kali ini lebih lama, 5 hari. Saya tidak kasihan dengan Jakarta dan Indonesia. Saya kagum. Saya kagum dengan Monumen Nasional dan Taman Mini Indonesia. Jakarta rupanya tidak semuanya miskin dan melarat. Jakarta rupanya tidak teruk sangat macetnya, kesesakan lalulintas. Ada yang sangat kaya. Ada yang sederhana. Dan ada yang miskin. Ini biasa saya di mana-mana.
Saya sempat ke Pasar Senen. Di sini memang kasihan. Lambang kuasa marhaen yang direka gagah dan indah telah terbiar sedangkan di seberang jalan sudah ada mall mewah. Saya suka buku-buku di sini, khususnya Gunung Agung.
Saya bersama isteri dan anak ke Mangga Dua. Gedung bersambung penuh wanita yang bertudung membeli-belah.
Saya juga pergi ke Senayan City. Di sini 99% wanita tidak pakai tudung, maksud bukan sawo matang tapi mudah makan masakan Jawa. Ini seperti KLCC dan Pavillion di Kuala Lumpur, mall supermewah.
Jadi Jakarta sama saja seperti di bandar lain di Asia.